Selengkapnya ...

To Penegerian Unsam BPN Do-I PTPN Land Measurement
Langsa
Related penegerian plan of Ocean University (Unsam) Langsa which requires campuses have at least 50 hectares of land certificates, parties Pemko Langsa, BPN Aceh and East Aceh, PTPN-I, STAIN Cot Kala shrine, Foundation Unsam Unsam and staff, Monday ( 2 / 8), already referred to measurements of HGU.

Rector Unsam Langsa, Ir Bachtiar Aaron MSc to Porch, Sunday (8 / 8), said land HGU PTPN-I, which is given to Unsam has been measured by a team of BPN Aceh and East Aceh witnessed by Pemko Langsa, PTPN-I, Foundation Unsam, STAIN Cot shrine Unsam Kala and staff. "Land that was measured for 40 hectares and 10 hectares for Unsam STAIN," he said

A land area of 50 hectares had been given to Unsam and STAIN is a productive area in which there are plants that are producing palm oil and should be replaced. "Minister of State Enterprises Sofyan Djalil by mail Number: S-773/MBU/2009 dated October 19, 2009, had approved releasing as garden land owned State-Owned Enterprises (SOEs) is, in exchange topple," said Bachtiar.

In PTP-party compensation payments already made estimates, these estimates will be recalculated by an independent team Pemko Langsa, only then sent to the Government of Aceh to be paid the money. "The Government of Aceh through special ototonomi funds (Otsus) in 2010 has approved funding worth USD 5.8 billion more for the release or exchange bolsters HGU PTPN I Langsa," he said

Rector reminded, the most important in penegerian Unsam is a certificate of land that is now urgent and that the price of death that should not be negotiable. Pursuant to the National Education Ministry (Education Minister), one of the requirements penegerian Unsam proposal, is the availability of land for the campus area of 50 hectares.

While the completeness of these penegerian proposal must be received in Jakarta in October 2010 at the latest. "The deadline for compliance penegerian Unsam Langsa, has an area of 50 hectares of land certificates in the name of Ocean University (Unsam) Langsa, in October 2010 must be completed," he said.

He said the land measure was a step forward HGU PTP Unsam penegerian process. "Hopefully the public expectations of the three districts, namely East Aceh, Langsa, and Aceh Tamiang realized soon," said Aaron Bachtiar. (serambinews.com)
Read More...

Selengkapnya ...

Untuk Penegerian Unsam BPN Lakukan Pengukuran Lahan PTPN-I

Langsa

Terkait rencana penegerian Universitas Samudra (Unsam) Langsa yang mengharuskan kampus tersebut memiliki sertifikat tanah minimal 50 hektare, pihak Pemko Langsa, BPN Aceh dan Aceh Timur, PTPN-I, STAIN Zawiyah Cot Kala, Yayasan Unsam dan staf Unsam, Senin (2/8), sudah melakukan pengukuran areal HGU dimaksud.

Rektor Unsam Langsa, Ir Bachtiar Harun MSc kepada Serambi, Minggu (8/8) mengatakan, lahan HGU PTPN-I yang diberikan ke Unsam sudah diukur oleh tim BPN Aceh dan Aceh Timur disaksikan oleh Pemko Langsa, PTPN-I, Yayasan Unsam, STAIN Zawiyah Cot Kala serta staf Unsam. “Lahan yang diukur 40 Ha untuk Unsam dan 10 Ha untuk STAIN,” ujarnya

Lahan seluas 50 hektare yang diberikan untuk Unsam dan STAIN itu merupakan lahan produktif di dalamnya ada tanaman kelapa sawit yang sedang berproduksi sehingga harus diganti. “Menteri BUMN Sofyan Djalil melalui surat Nomor: S-773/MBU/2009 tanggal 19 Oktober 2009, sudah meyetujui penglepasan tanah kebun milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut, secara tukar guling,” ujar Bachtiar.

Dalam pembayaran ganti rugi pihak PTP sudah buat perkiraan, nantinya perkiraan tersebut akan dihitung kembali oleh tim independen Pemko Langsa, setelah itu baru dikirim ke Pemerintah Aceh untuk dibayarkan uangnya. “Pemerintah Aceh melalui dana ototonomi khusus (Otsus) tahun 2010 telah mengesahkan dana senilai Rp 5,8 miliar lebih untuk pelepasan atau tukar guling areal HGU PTPN I Langsa,” ujarnya

Rektor mengingatkan, yang paling penting dalam penegerian Unsam adalah sertifikat lahan yang saat ini sudah mendesak dan itu harga mati yang tidak boleh ditawar lagi. Sesuai ketentuan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), salah satu persyaratan pengusulan penegerian Unsam, adalah tersedianya lahan untuk kampus seluas 50 hektare.

Sementara kelengkapan usulan penegerian tersebut sudah harus diterima di Jakarta paling lambat Oktober 2010. “Batas waktu pemenuhan syarat penegerian Unsam Langsa, memiliki sertifikat lahan seluas 50 hektare atas nama Universitas Samudera (Unsam) Langsa, pada bulan Oktober 2010 ini harus tuntas,” ujarnya.

Ia mengatakan, diukurnya lahan HGU PTP merupakan langkah maju proses penegerian Unsam. “Semoga harapan masyarakat dari tiga kabupaten, yakni Aceh Timur, Kota Langsa, dan Aceh Tamiang segera terwujud,” kata Bachtiar Harun.(serambinews.com)
Read More...

Selengkapnya ...

Acehnese students in Jakarta FOBA Sales Decline
Langsa
Students who are members of Aceh in Jakarta in Aceh Students and Youth Committee as the Archipelago (KMPAN), expressed concern and disapproval of the plan and the Student Foundation Student Wisma Indonesia (WMPI) who intends to sell Aceh student dormitory in Singapore, better known as FOBA (Found Oentoek Help Atjeh).

The students also protested some time ago, by way of scribbling on the walls of pride the people of Aceh's dormitory. In a written statement sent to the Home Bureau KMPAN Langsa few days ago, mentioned that the Acehnese students in Jakarta and across Indonesia will be in action when the party imposing WMPI Foundation dorm FOBA desire to sell an asset that in fact the people of Aceh.

According Chalil Ilyas, Secretary General KMPAN, students in Jakarta, Aceh still refuse the sale of student dormitories to third parties by the foundation, because FOBA Aceh had become an irreplaceable asset in the capital Jakarta.

Chalil be said, it is also very disappointed with the foundation's arrogance, because the foundation quietly doing its action on the pretext that the assets now in the middle of the city is no longer strategic to be occupied by students.

"These assets have a high selling price, they will build a 20 floor apartment and the funds will be returned to students in the form of scholarships or find another hostel which was situated on the outskirts of Jakarta, which is much cheaper price. That's their promise, but so far students living in FOBA neglected, ranging from payment of electricity, money cleanliness, condition of room is not fit to live, "wrote Chalil.

Surprisingly again, he said, the deed of the foundation has now become the foundation FOBA WMPI. Where changes are also not conducted openly in any forum. In fact, August 5, 2010 boarder FOBA students reported by the foundation to the police, with charges of vandalism acts against their office. Police Sector Setia Budi FOBA students finally called for questioning as a witness.

"This FOBA for Acehnese students studying in Jakarta, we request the support of the community and leaders of Aceh to defend it," said Chalil. Related to these issues, Chalil admitted it had berkoordiansi with all existing student representation throughout the archipelago, such as IMAPA Jakarta, Bandung IKAPA, IPTR in Medan, Surabaya PMKTR, HIMPAC in Padang, IMTR in Bogor, IPAS in Semarang, Jogjakarta TPA, IPPMA Malang, break-even and Himpasay.

At least 20 thousand students will be faced with the foundation, if the foundation still obtrude to sell FOBA. Students in Aceh release also requested the Government to intervene related problems.

In a statement, also mentioned, Sayuti Abubakar SH, student attorney when facing the police reports related parties expressly foundation has sent a letter to the foundation and asking for immediate dialogue, but the foundation did not respond to the letter. Whereas the copy submitted to the regents and mayors in Aceh.

Information obtained by the Porch, the building used as a student dormitory in Aceh following the land area of over 3000 meters in the heart of the capital city of Jakarta, precisely in the area Setia Budi. According to the approximate value of USD 60 billion.

Developing information, FOBA is the compensation the Government of Indonesia to Aceh after the turmoil DI / TII in Aceh in 1953. At that time the Military Governor of Aceh, Muhammad David Beureueh Tgk. While other information mentioned assets were purchased by the people of Aceh at the time of David Beureueh appointed Governor. (serambinews.com)
Read More...

Selengkapnya ...

Mahasiswa Aceh di Jakarta Tolak Penjualan FOBA
Langsa
Mahasiswa Aceh di Jakarta yang tergabung dalam Komite Mahasiswa Aceh dan Pemuda se-Nusantara (KMPAN), menyatakan keprihatinan dan penolakannya atas rencana Yayasan Wisma Mahasiswa dan Pelajar Indonesia (WMPI) yang berniat menjual asrama mahasiswa Aceh di Jakarta, yang lebih dikenal dengan FOBA (Found Oentoek Bantuan Atjeh).

Para mahasiswa juga melakukan aksi protes beberapa waktu lalu, dengan cara mencoret-coret dinding asrama kebanggaan masyarakat Aceh itu. Dalam pernyataan tertulis yang dikirim KMPAN ke Serambi Biro Langsa beberapa hari lalu, disebutkan bahwa mahasiswa Aceh yang ada di Jakarta dan di seluruh Indonesia akan beraksi bila pihak Yayasan WMPI memaksakan keinginan untuk menjual asrama FOBA yang notabene aset rakyat Aceh.

Menurut Chalil Ilyas, Sekjen KMPAN, para mahasiswa Aceh di Jakarta tetap menolak penjualan asrama mahasiswa kepada pihak ketiga oleh yayasan, karena FOBA sudah menjadi aset Aceh yang tak tergantikan di ibu kota Jakarta.

Dikatakan Chalil, pihaknya juga sangat kecewa dengan sikap arogansi pihak yayasan, karena yayasan secara diam-diam melakukan aksinya dengan dalih bahwa aset yang sekarang berada di tengah-tengah kota Jakarta tidak lagi strategis untuk dihuni oleh para mahasiswa.

“Aset ini punya harga jual yang tinggi, mereka akan membangun apartemen 20 lantai dan dananya nanti akan dikembalikan kepada mahasiswa dalam bentuk beasiswa atau mencari asrama lain yang letaknya di pinggiran Jakarta yang harganya jauh lebih murah. Itu janji mereka, padahal selama ini mahasiswa yang tinggal di FOBA terabaikan, mulai dari pembayaran listrik, uang kebersihan, kondisi kamar yang sangat tidak layak dihuni,” tulis Chalil.

Anehnya lagi, kata dia, akte dari yayasan FOBA kini telah menjadi yayasan WMPI. Di mana perubahannya juga tidak dilakukan secara terbuka dalam forum apa pun. Bahkan, 5 Agustus 2010 mahasiswa penghuni asrama FOBA dilaporkan oleh pihak yayasan kepada polisi, dengan tuduhan melakukan aksi pengrusakan terhadap kantor mereka. Polisi Sektor Setia Budi akhirnya memanggil mahasiswa FOBA untuk dimintai keterangan sebagai saksi.

“FOBA ini untuk mahasiswa Aceh yang kuliah di Jakarta, kami mohon dukungan dari masyarakat dan tokoh Aceh untuk mempertahankannya,” tandas Chalil. Terkait masalah tersebut, Chalil mengaku, pihaknya telah berkoordiansi dengan seluruh perwakilan mahasiwa yang ada di seluruh nusantara, seperti IMAPA Jakarta, IKAPA Bandung, IPTR di Medan, PMKTR di Surabaya, HIMPAC di Padang, IMTR di Bogor, IPAS di Semarang, TPA Jogjakarta, IPPMA Malang, IMPAS dan Himpasay.

Sedikitnya 20 ribu mahasiswa akan berhadapan dengan pihak yayasan, jika yayasan memaksakan kehendak tetap akan mejual FOBA. Mahasiswa dalam rilisnya juga meminta Pemerintah Aceh untuk turun tangan terkait masalah tersebut.

Dalam pernyataan itu, juga disebutkan, Sayuti Abubakar SH, pengacara mahasiswa saat menghadap kepolisian terkait laporan pihak yayasan secara tegas telah mengirimkan surat kepada pihak yayasan dan meminta untuk segera berdialog, namun pihak yayasan tidak membalas surat tersebut. Padahal tembusannya disampaikan kepada bupati dan wali kota yang ada di Aceh.

Informasi yang diperoleh Serambi, bangunan yang dijadikan asrama mahasiswa Aceh berikut tanah seluas lebih 3.000 meter berada di jantung ibu kota Jakarta, tepatnya di kawasan Setia Budi. Menurut perkiraan bernilai Rp 60 miliar.

Berkembang informasi, FOBA adalah kompensasi Pemerintah Indonesia kepada Aceh pasca gejolak DI/TII di Aceh tahun 1953. Kala itu Gubernur Militer Aceh, Tgk Muhammad Daud Beureueh. Sementara informasi yang lain menyebutkan aset tersebut dibeli oleh rakyat Aceh pada saat Daud Beureueh menjabat Gubernur.(serambinews.com)
Read More...

Selengkapnya ...

Thousands of students march Welcomes Ramadan and HUT RI
Langsa
Thousands of students from various schools in the City of Langsa, Saturday (7 / 8) followed the parade to welcome the holy month of Ramadan 1431 Hijra and the 65th anniversary of the Proclamation of Independence. Participants will display a variety of Muslim clothing, traditional clothes, and clothes to attend the ceremony.

Porch observations, thousands of students since at 08.00 am in the field have formed ranks behind Langsa, and then at around 9:00 am, with the heavily guarded by police officers Langsa Traffic Police launch road march on foot megelilingi Langsa protocol.

Route of the parade participants include Jalan A Yani turned into the city and back onto the field behind. Toward the end of the parade route at about 11:00 ambience traffic around Jalan A Yani looks so crowded and jammed so that dozens of members of the traffic police had been deployed to regulate traffic flow. (serambinews.com)
Read More...

Ribuan Pelajar Pawai Sambut Ramadhan dan HUT RI

Langsa
Ribuan pelajar dari berbagai tingkat sekolah di Kota Langsa, Sabtu (7/8) mengikuti pawai menyambut kedatangan bulan suci Ramadan 1431 Hijriah dan HUT ke-65 Proklamasi Kemerdekaan RI. Para peserta menampilkan berbagai macam pakaian muslim, pakaian adat, serta pakaian untuk mengikuti upacara.

Amatan Serambi, ribuan pelajar sejak pukul 08.00 WIB telah membentuk barisannya di lapangan belakang Langsa, dan selanjutnya sekitar pukul 09.00 WIB dengan dikawal ketat oleh aparat Polantas Polres Langsa memulai pawai berjalan kaki megelilingi jalan protokol Langsa.

Rute yang dilalui para peserta pawai meliputi Jalan A Yani memutar ke dalam kota dan kembali lagi ke lapangan belakang. Menjelang berakhirnya pawai sekitar pukul 11.00 suasana jalur lalulintas di sekitar Jalan A Yani terlihat begitu padat dan macet sehingga puluhan anggota Polantas terpaksa dikerahkan untuk mengatur arus lalu lintas.(serambinews.com)
Read More...