Stikes CND-Malaysia Teken MoU Pendidikan

Langsa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Yayasan Pendidikan Cut Nyak Dhien (CND) Langsa menadatangani MoU kerja sama dengan Management and Science University (MSU) Malaysia dalam bidang pendidikan dan kesehatan.

Ketua Yayasan Pendidikan Cut Nyak Dhien Langsa, Ir H Zainal Abidin BIE MM kepada Serambi, Sabtu (24/7) mengatakan, penandatanganan kontrak kerja sama MoU dilakukan setelah pihaknya mengakaji dan melewati tahapan perundingan dan kesepahaman dalam bidang pendidikan dan kesehatan.

Penandatanganan langsung dilakukan Presiden Management and Science University Shah Alam Selangor Malaysia, Prof Dato’ Wira Mohd Shukri Ab Yajid dan Ketua Stikes Cut Nyak Dhien Langsa, H Abdul Hayat SKM MKes di Banda Aceh, disaksikan Kadis Kesehatan Provinsi Aceh, belum lama ini.

Di jelasakan, poin penandatanganan kesepahaman dalam bidang pendidikan kesehatan dengan MSU Malaysia, antara lain kedua pihak sepakat menggalang kerja sama dalam meningkatkan mutu pendidikan Stikes CND Langsa.

Nantinya, MSU berfungsi sebagai tempat berlangsungnya pendidikan dan penelitian, sementara Stikes Cut Nyak Dhien berfungsi sebagai lembaga penyelenggara pendidikan program studi kesehatan dan pengabdian masyarakat, dengan peserta didik mahasiswa, dosen, dan pegawai prodi berbagai bidang studi kesehatan yang ada di Stikes Cut Nyak Dhien.

“Ke depan tenaga kesehatan lulusan Stikes Cut Nyak Dhien menjadi tenaga kesehatan profesional, bertanggung jawab dan memiliki kualitas di bidangnya,” ujarnya seraya mengharapkan, CND dapat memberi peran terbaik untuk kemajuan perguruan tinggi di Langsa.(serambinews.com)
Read More...

CND-Malaysia STIKES Education Sign MOU

Langsa
Health Science High School (STIKES) Cut Nyak Dhien Education Foundation (CND) Langsa menadatangani cooperation MoU with the Management and Science University (MSU) of Malaysia in the field of education and health.

Chairman of the Education Foundation of Cut Nyak Dhien Langsa, Ir H Zainal Abidin BIE MM to Porch, Saturday (24 / 7), said the MoU signing cooperation contracts made after his side mengakaji and passing through the stages of negotiations and mutual understanding in the field of education and health.

Signing directly carried out the President Management and Science University in Shah Alam Selangor Malaysia, Prof. Dato 'Wira Mohd Shukri Ab Yajid and Chairman STIKES Cut Nyak Dhien Langsa, H Abdul Hayat SKM MKes in Banda Aceh, Aceh province witnessed the head of Health, recently.

In jelasakan, points the signing of MOU in the field of health education with MSU Malaysia, among others, both parties agreed to work together in improving the quality of education STIKES Langsa CND.

Later, MSU serves as the venue for education and research, while STIKES Cut Nyak Dhien serve as the providers of health education courses and community service, with learner students, faculty, and staff Prodi various fields of health studies in STIKES Cut Nyak Dhien.

"In the future, graduates of health workers STIKES Cut Nyak Dhien become health professionals, responsible and have the quality in the industry," he said as he expects, CND can provide the best role for the advancement of higher education in Langsa. (serambinews.com)
Read More...

Entry point not Berambu MCC

Langsa
Due to the lack of traffic signs exactly in front of the entrance of Palm Oil Mill (MCC) Ensem, sharp bend Sumatra highway, in the Village Community Guidance, District Birem Bayeun, East Aceh, reported frequent occurrence of accidents. For example, between sepmor tabarakan death or other common car with palm freight cars in and out MCC.

Beside Porch obtained and observations in the field, Friday (23 / 7) mentions, for how many times this has tabarakan deadly accidents between motorists sepmor or private car with public transport, both types of trucks Tronton, cold diesel, or other transportation in the long corners and National linats sharply Road, Village Community Guidance, District Birem tesrebut Bayeun.

A local resident, Dedy said, it is prone to occur at this sharp bend because since the last few months in a general way around this, or only about 30 meters, the factory has stood Ensem MCC. Then the MCC activity is engaged in the processing of oil palm fruit (fresh fruit bunches), on each day will receive the arrival of dozens of freight cars that transport oil palm fruits for sale in the MCC.

However, because the position of the east of the MCC located on the left side of Sumatra Road, the transportation of oil palm fruit that comes from the west will cut the road when they want to enter real MCC Ensem Kea. It's the same weight of cargo transportation was wishing kelaur will cut the road, when going towards the east.

Due to cut off the proficiency level in these trucks, as well as private car drivers sepmor or other public transportation or car that was passing with an average speed 80km/jam or more, do not know of any activities in and out of vehicle transportation of oil palm fruits from the MCC in front of him. All this has resulted in a dangerous situation until the death an accident which could not be tarelakkan. (serambinews.com)
Read More...

Jalur Masuk PKS tak Berambu

LANGSA
Akibat belum adanya rambu lalulintas persisnya di depan jalan masuk Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Ensem, tikungan tajam jalan lintas Sumatera, di Gampong Bimas, Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur, dilaporkan kerap terjadinya kecelakaan. Misalnya, tabarakan maut antara sepmor atau mobil umum lainnya dengan mobil angkut kelapa sawit yang keluar masuk PKS.

Imformasi yang diperoleh serta amatan Serambi di lapangan, Jumat (23/7) menyebutkan, selama ini telah berapa kali kecelakaan tabarakan maut antara pengendara sepmor maupun mobil pribadi dengan angkutan umum, baik jenis truk tronton, cold diesel, ataupun angkutan lainnya di tikungan panjang dan tajam Jalan linats Nasional, Gampong Bimas, Kecamatan Birem Bayeun tesrebut.

Seorang warga setempat, Dedy mengatakan, hal tersebut rawan terjadi di tikungan tajam ini karena sejak berapa bulan terakhir di sekitar jalan umum ini, atau hanya berjarak sekitar 30 meter, telah berdiri pabrik PKS Ensem. Kemudian aktivitas PKS yang bergerak dalam bidang pengolahan buah kelapa sawit (buah tandan segar), pada setiap harinya akan menerima kedatangan puluhan mobil angkutan yang mengangkut buah kelapa sawit untuk dijual di PKS.

Namun, karena posisi dari arah timur PKS berada di sisi kiri Jalan Sumatera itu, angkutan buah kelapa sawit yang berasal dari arah barat akan memotong jalan saat hendak masuk kea real PKS Ensem. Begitu juga halnya angkutan muatan berat ini yang hendak kelaur akan memotong jalan, apabila hendak menuju arah timur.

Akibat truk yang memotong jalan tesebut, serta pengendara sepmor maupun mobil pribadi ataupun mobil angkutan umum lainnya yang sedang melintas dengan kecepatan rata-rata 80km/jam maupun lebih, tak mengetahui adanya aktivitas keluar masuk kendaraan angkutan buah kelapa sawit dari PKS di depannya. Selama ini telah mengakibatkan keadaan berbahaya hingga kecelakaan maut yang tak dapat tarelakkan.(serambinews.com)
Read More...

Seminar Pusong Hasilkan Sembilan Butir Rekomendasi

* Tolak Penjualan Pasir dan Jalur Kerukan

LANGSA
Seminar tentang masa depan Pusong yang diprakarsai oleh Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh dan Aceh Wetland Foundation (AWF), Kamis (22/7) di aula Fakultas teknik Universitas Samudera (Unsam) Langsa menghasilkan sembilan rekomendasi yang akan disampaikan kepada pihak terkait. Kegiatan itu dilaksanakan untuk menjadi landasan bagi aktivis lingkungan hidup dalam menanggapi rencana pemerintah membangun Pulau Pusong dan pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa. Butir penolakan penjualan pasir ke Singapura dan penolakan pengerukan di jalur baru (bukan jalur di masa Belanda) menjadi harapan besar masyarakat Pusong bagi kesinambungan ekologi dan ekosistem kepulauan Pusong.

Diskusi yang dimoderator Hamdani itu dihadiri empat pemateri, masing-masing dari Manajer Kampanye dan Advokasi Walhi Aceh, Muhammad Nizar Abdurrani, Manajer Kampanye AWF, Khairun Nufus, PJs Keuchik Teulaga Tujoh, dan anggota DPR Kota Langsa, Bukhari. Ketua Panitia Pelaksana, Rahimsyah dalam sambutannya mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih atas partisipasi dari semua pihak dalam mendapatkan aspirasi masyarakat Pusong terkait isu pembangunan di masa depan. “Kami dari AWF dan Walhi sangat berempati terhadap derita yang dialami Pusong terkait wacana pembangunan oleh pemerintah. Semoga melalui momen ini, pemerintah juga dapat menyerap aspirasi masyarakat dalam kebijakan pembangunan,” kata Rahimsyah.

Kegiatan yang dihadiri unsur Pemerintah Kota Langsa, LSM, dan masyarakat Pusong itu menghasilkan sembilan butir rekomendasi yang akan diteruskan kepada pihak terkait. Kesembilan butir rekomendasi itu adalah, pemerintah diminta menidaklanjuti pembangunan rumah bagi warga relokasi di Lhokbanie. Kemudian, masyarakat menolak rencana pengerukan di sekitar Pusong dan meminta hasil kerukan dijadikan wilayah reklamasi Pusong. Kemudian, warga juga meminta kepada pemerintah untuk melaksanakan penghijauan di kawasan kepulauan Pusong. Selanjutnya, pengerukan diharapkan dilakukan melalui jalur belakang atau alur pelayaran yang digunakan di masa Belanda.

Selain itu, pemerintah juga diminta benar-benar memperhatikan masalah yang dihadapi oleh masyarakat Pusong menyangkut kebutuhan dasar warga. Kemudian, pengadaan sumur bor di Pulau Pusong juga diminta secepatnya dilaksanakan. Lalu, kelanjutan pembuatan tanggul, terbentuknya Qanun tentang Pusong, dan penyelesaian lahan hutan yang masih tumpang tindih antara hutan produksi, produksi terbatas, dan hutan lindung. Manajer Kampanye AWF, Khairun Nufus dalam kesempatan terpisah mengatakan, pihaknya yang menjadi mitra stategis Walhi Aceh dalam kasus Pusong juga berharap, agar pemerintah dapat menerima hasil rekomendasi yang dicapai dalam diskusi tersebut. “Kami sangat membutuhkan tindaklanjut dan perhatian serius pemerintah terhadap aspirasi rakyat yang sekian lama terbelanggu,” demikian Khairun Nufus.(serambinews.com)
Read More...

Pusong Seminars Generate Nine Grain Recommendations

* Reject Sale of dredged sand and Path
Langsa
Seminar on the future of Pusong initiated by Forum for Environment (WALHI) in Aceh and Aceh Wetland Foundation (AWF), Thursday (22 / 7) in the auditorium of the Faculty of Technical University of Ocean (Unsam) Langsa produced nine recommendations to be submitted to relevant parties . Activities were held to be the foundation for environmental activists in response to government plans to build and develop Port Pusong Island Kuala Langsa. Grains of sand to Singapore sales rejection and rejection of dredging on a new path (not a point in the Netherlands) became a big hope for the sustainability of Pusong community ecology and ecosystem Pusong islands.

Hamdani dimoderator discussion was attended by the four presenters, each of the Campaign and Advocacy Manager of WALHI Aceh, Muhammad Nizar Abdurrani, Campaign Manager AWF, Khairun nufus, Acting Keuchik Teulaga seven, and members of Parliament Langsa, Bukhari. Chairman of the Executive Committee, Rahimsyah in his speech said it is grateful for the participation of all parties in getting people's aspirations related Pusong development issues in the future. "We of the AWF and Walhi very empathetic to the pain experienced by the related Pusong discourse of development by the government. Hopefully, through this moment, the government also can absorb the aspirations of the people in development policies, "said Rahimsyah.

Activities, which was attended element Langsa Government, NGOs, and communities that produce Pusong nine recommendations which will be forwarded to the relevant parties. The nine recommendations are, the government asked citizens menidaklanjuti houses for relocation in Lhokbanie. Then, the community rejected the plan of dredging in the vicinity Pusong and ask for the reclamation area Pusong be dredged. Later, residents also asked the government to carry out reforestation in the region Pusong islands. Furthermore, the dredging is expected to be done through back channels or navigation channel that is used in the Netherlands.

In addition, the government also asked really concerned with the problems faced by society regarding the basic needs of citizens Pusong. Then, procurement of drilling wells on the island of Pusong also asked to immediately implemented. Then, the continuation of making embankments, formation of Pusong Qanun, and settlement of forest land still overlap between the production forest, limited production, and protected forest. Campaign Manager AWF, Khairun nufus in separate occasions said it is a strategic partner in the case of WALHI Aceh Pusong also hope, that the government can accept the result of recommendations made in those discussions. "We really need a government follow up and serious attention to the aspirations of the people who terbelanggu long time," said Khairun nufus. (serambinews.com)
Read More...

Rallied to the DPRK

Students Ask Council and police in East Aceh Wins Case
Langsa
Dozens of students on behalf of the Community Care East Aceh Movement (GEMPUR), Thursday (22 / 7), demonstrating the DPRK to the building of East Aceh, in Langsa. In its action, they demanded the enforcement of the Board and fully investigate thoroughly the use of grant funds 16 billion. They also urged an investigation has stalled in development issues behind the government center of East Aceh, an audit of the program 20 billion stimulus projects, as well as the dissolution of the Assistance team Regents.

Porch observations, the action starts around 10:30 pm this afternoon under guard officials from Mapolres Langsa tight. Action coordinator, Jamalud Judge, in his oration said that development has stalled in the center of East Aceh Regency, there were indications of interest suggests a particular party.

Therefore, they requested the Special Committee (Special Committee), East Aceh DPRK to earnestly and promptly resolve problems of development undertaken by the PT Trilon Glory International (TGI). They also urged local law enforcement officials thoroughly investigate the problem that is very detrimental to this community of East Aceh.

"Interruption of development is closely linked to the central government caused by dirty hands of the parties are not responsible and only think about money and personal gain," said Jamalud. According to students, based on information developed in the community, the partners withdrew the funds of around 19.5 billion from funds allocated around Rp 120 billion, which is plotted for these purposes. While not comparable jobs in the field drawn from the total budget party partners.

They expressed support for the Special Committee of East Aceh DPRK this case, as reasonably suspected to have occurred behind the state losses of the discontinued project. Student Council requested the Special Committee be firm and transparent in investigating the case.

Statement of students' attitude was then submitted to two members of the DPRK Aceh Timur Aceh Party (PA), Tgk Munir and Sulaiman Ismail, who came to the location when the demo took place. Both members of this Council promised to follow up points are the demands of students of East Aceh. It is said, in the near future this committee would summon Regent Assistance Team, and responsible parties, from PT Trilon Glory International (TGI). After getting the explanation, the students disperse in an orderly manner at around 12:00 pm. (serambinews.com)
Read More...

Berunjuk Rasa ke DPRK

Mahasiswa Minta Dewan dan Polisi Usut Kasus di Aceh Timur
LANGSA
Puluhan mahasiswa yang mengatasnamakan Gerakan Masyarakat Peduli Aceh Timur (GEMPUR), Kamis (22/7), melakukan unjuk rasa ke gedung DPRK Aceh Timur, di Langsa. Dalam aksinya, mereka meminta pihak Dewan dan aparat penegak mengusut tuntas tuntas penggunaan dana hibah 16 miliar. Mereka juga mendesak pengusutan persoalan di balik terhentinya pembangunan pusat pemerintahan Aceh Timur, audit pelaksanaan program proyek stimulus 20 miliar, serta pembubaran tim Asistensi Bupati.

Amatan Serambi, aksi yang dimulai sekitar pukul 10.30 WIB siang ini mendapat pengawalan ketat aparat dari Mapolres Langsa. Koordinator aksi, Jamalud Hakim, dalam orasinya mengatakan, terhentinya pembangunan pusat Pemkab Aceh Timur, menimbulkan dugaan adanya indikasi kepentingan pihak tertentu.

Karena itu, mereka meminta kepada Panitia Khusus (Pansus) DPRK Aceh Timur agar bersungguh-sungguh dan secepatnya menuntaskan masalah pembangunan yang dikerjakan oleh pihak PT Trilon Glory International (TGI). Mereka juga mendesak aparat penegak hukum setempat mengusut tuntas masalah yang sangat merugikan masyarakat Aceh Timur ini.

“Terhentinya pembangunan pusat pemerintahan tersebut tidak terlepas karena ulah tangan-tangan kotor pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan hanya memikirkan uang dan keuntungan pribadi,” kata Jamalud. Menurut mahasiswa, berdasarkan informasi yang berkembang di masyarakat, pihak rekanan telah mencairkan dana sekitar 19,5 miliar dari alokasi dana sekitar Rp 120 miliar yang diplot untuk kepentingan tersebut. Sedangkan pekerjaan di lapangan tidak sebanding dari jumlah anggaran yang ditarik pihak rekanan.

Mereka menyatakan mendukung Pansus DPRK Aceh Timur untuk kasus ini, karena patut diduga telah terjadi kerugian negara di balik terhentinya proyek tersebut. Mahasiswa meminta Pansus Dewan bersikap tegas dan tranparan dalam mengusut kasus itu.

Pernyataan sikap mahasiswa itu kemudian diserahkan kepada dua anggota DPRK Aceh Timur dari Fraksi Partai Aceh (PA), Tgk Munir dan Sulaiman Ismail, yang datang ke lokasi saat demo berlangsung. Kedua anggota Dewan ini berjanji akan menindaklanjuti poin tuntutan mahasiswa Aceh Timur tersebut. Dikatakan, dalam waktu dekat ini pansus akan segera memanggil Tim Asistensi Bupati, serta pihak yang bertanggung jawab, dari PT Trilon Glory International (TGI). Setelah mendapatkan penjelasan tersebut, para mahasiswa membubarkan diri secara tertib sekitar pukul 12.00 WIB.(serambinews.com)
Read More...

Free Waterfall Wire Putoh man from Palm Tree

Langsa
Villagers Alue Two West Langsa District, City of Langsa, Thursday (22 / 7) around 11:00 am digegerkan by the presence of a man - suspected of stress or putoh wire - which suddenly perched on the tops of coconut trees as tall as 15 meters. Citizens who feel sorry for, soon persuaded his athletic body with a bald head and has approximately 170 cm tall to go down. Various ways to persuade done, but he remained unmoved in the trees there.

And the situation even more unusual commotion, when suddenly he burst from the stress on the tree. Yes .... he bak freefall parachutist! Only singet man was not equipped with a parachute. As a result, he slammed into the ground free, with a broken condition patee (black and blue-red) to critical.

According to Police Chief Langsa, Yosi Drs AKBP Muhamartha, through the Head of Police in West Langsa, PPA Kasnap SH, to Prohaba, yesterday afternoon, it had lowered the personnel to the scene. So far police have not found any element of a third party that made him jump from the height of the principal coconut. Specified, from the monitoring officer, the man without indetitas. Serious allegations he has a mental disorder. Another feature is approximately 170 meters tall, bald, brown skin color, skinny.

Rare incident took place exactly in front of PT Dinomogie, Alur Village Two, District of West Lansga, Langsa. So far, victims still being treated in RSU Langsa. So far the residents did not know about the origins and relatives of these men free diver. But at present residents are found above the coconut tree, he brought the package containing clothes and pants. "It seems he had run away from home, because you found wrapped in a shirt and pants sarong," said Kasnap. (serambinews.com).
Read More...

Pria Putoh Kawat Terjun Bebas dari Pohon Kelapa

LANGSA
Warga Desa Alue Dua Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, Kamis (22/7) sekitar pukul 11.00 WIB digegerkan oleh kehadiran seorang pria--diduga stress atau putoh kawat--yang tiba-tiba nangkring di pucuk pohon kelapa setinggi 15 meter. Warga yang kasihan, segera membujuk lelaki berbadan atletis dengan kepala botak serta memiliki tinggi sekira 170 cm itu untuk turun. Bermacam cara membujuk dilakukan, namun lelaki itu tetap bergeming di atas pohon sana.


Dan situasi makin geger luar biasa, ketika tiba-tiba lelaki stress itu menghambur dari atas pohon. Ya....ia terjun bebas bak penerjun payung! Hanya saja lelaki singet itu tidak melengkapi diri dengan parasut. Akibatnya, ia terhempas bebas ke atas tanah, dengan kondisi patah patee (babak belur-red) hingga kritis.

Menurut Kapolres Langsa, AKBP Drs Yosi Muhamartha, melalui Kapolsek Langsa Barat, AKP Kasnap SH, kepada Prohaba, sore kemarin, pihaknya telah menurunkan personil ke TKP. Sejauh ini polisi tidak menemukan adanya unsur pihak ketiga yang membuat lelaki itu terjun bebas dari ketinggian pokok kelapa. Dirincikan, dari pantauan petugas, pria itu tanpa indetitas. Berat dugaan ia memiliki kelainan jiwa. Ciri lain adalah memiliki tinggi sekitar 170 meter, botak, warna kulit sawo matang, kurus.

Insiden langka itu terjadi tepatnya di depan PT Dinomogie, Gampong Alur Dua, Kecamatan Lansga Barat, Langsa. Sejauh ini korban masih dirawat di RSU Langsa. Sejauh ini warga belum mengetahui asal usul dan sanak keluarga dari pria penerjun bebas tersebut. Namun pada saat ditemukan warga berada di atas pohon kelapa, ia membawa bungkusan yang berisikan baju dan celana. “Nampaknya ia baru minggat dari rumahnya, karena da ditemukan baju dan celana yang terbungkus kain sarung,” demikian Kasnap.(serambinews.com).
Read More...

Environmental Activists Urge Investigation Team Building

MCC Environmental Pollution alleged Ensem

Langsa
Related alleged environmental pollution by the Palm Oil Mill (MCC) PT Ensem Sawita, which is located in the Village Community Guidance, Birem Bayeun, East Aceh, environmental activists ALDEC (Aceh Landscape Development Centre) urged East Aceh Regency as well as other agencies to immediately reduce the team investigate the case.

Previously reported, residents in the vicinity of Palm Oil Mill (MCC) Ensem, began to fret because the waste water polluting the local rivers, as well as the excesses of the stench of oil palm processing in question. Special palm oil waste pollution to the river, some owners claimed losses due to shrimp ponds and fish die they foster. Residents suspect, the death of fish and shrimp was caused by hazardous waste contamination from the MCC Ensem.

"To seek the truth of the alleged pollution caused polemics generated waste Palm Oil Mill (MCC) Ensem, have reduced the environmental investigation team to the location of wastewater management. Thus, data and information obtained will be accurate, "said Program Manager ALDEC, Edy Syahputra ST, Tuesday (20 / 7).

According to Edy, relevant agencies such as Department of Environment, Hygiene and Gardening Life East Aceh was supposed to reduce the environmental investigation team to get the latest data on the development of environmental management by the company. Where the Law No. 32 Year 2009 on the Protection and Management of Environment as the foundation of the team to work out into the field.

While for the results of the investigation teams do, the light Edy, will be reported to the mayor of East Aceh, as the sound of Article 76, the regents could give sanction to the person in charge of business and / or activities if the supervisory dtemukan environmental permit violations. Furthermore, the Law on Environmental Protection and Management of ensuring people's rights, as set out Article 66, any person who fight for the right to good environment and healthy can not be prosecuted or sued in a civil penalty.

Mill Manager Ensem MCC, Jumain, the Porch, Monday (19 / 7), denied that the company has polluted the environment, especially rivers. However, about the stench that now the local residents complained, the company admitted that it was caused by palm oil processing in question.

Jumain also confesses how many times have a meeting with local people and they claim that the MCC has done Ensem environmental pollution. However, according Jumain, he has explained in detail how these companies manage and control waste, as well as he had argued the issue of river pollution.

In fact, to prove it all, says Jumain, how long ago had been demoted to the team to conduct a survey of citizens accused of river water polluted by oil waste it. "We conducted a survey, river water levels are still normal and no pollution. In fact, fish and shrimp that they reported dead in the pond, having checked into the field no one died, "said Jumain. (serambinews.com)
Read More...

Aktivis Lingkungan Desak Pembentukan Tim Penyidik

Dugaan Pencemaran Lingkungan PKS Ensem
LANGSA
Terkait dugaan pencemaran lingkungan oleh Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Ensem Sawita, yang berlokasi di Gampong Bimas, Birem Bayeun, Aceh Timur, aktivis lingkungan ALDEC (Aceh Landscape Development Centre) mendesak agar Pemkab Aceh Timur maupun instansi lainnya segera menurunkan tim guna menyelidiki kasus tersebut.

Sebelumnya dikabarkan, warga di sekitar Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Ensem, mulai resah akibat limbah yang mencemari air sungai setempat, di samping bau busuk sebagai ekses pengolahan kelapa sawit dimaksud. Khusus akibat pencemaran limbah sawit ke sungai, sejumlah pemilik tambak mengaku rugi karena udang dan ikan yang mereka piara mati. Warga menduga, kematian ikan dan udang tersebut diakibatkan oleh pencemaran limbah berbahaya dari PKS Ensem.

“Untuk mencari kebenaran terhadap polemik pencemaran yang diduga akibat limbah yang dihasilkan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Ensem, perlu diturunkan tim penyidik lingkungan hidup ke lokasi pengelolaan air buangan. Dengan demikian, data dan informasi yang didapat akan akurat,” kata Manajer Program ALDEC, Edy Syahputra ST, Selasa (20/7).

Menurut Edy, instansi terkait seperti Dinas Lingkungan, Hidup Kebersihan dan Pertamanan Aceh Timur sudah seharusnya menurunkan tim penyidik lingkungan untuk mendapatkan data terbaru tentang perkembangan pengelolaan lingkungan yang dilakukan perusahaan. Dimana Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai landasan tim untuk bekerja turun ke lapangan.

Sementara untuk hasil dari penyidikan yang dilakukan tim, terang Edy, akan dilaporkan kepada Bupati Aceh Timur, sebagaimana bunyi pasal 76, bupati dapat memberikan sanksi kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasannya dtemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan. Selanjutnya Undang Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjamin hak masyarakat, seperti yang tertuang pasal 66, setiap orang yang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat dituntut secara pidana maupun digugat secara perdata.

Mill Manager PKS Ensem, Jumain, kepada Serambi, Senin (19/7), membantah bahwa perusahaan tersebut telah mencemari lingkungan, khususnya sungai. Namun, mengenai bau busuk yang kini dikeluhkan warga setempat, pihak perusahaan mengakui bahwa hal itu ditimbulkan oleh pengolahan sawit dimaksud.

Jumain juga mengaku sudah berapa kali melakukan pertemuan dengan warga sekitar dan mereka mengklaim bahwa PKS Ensem telah melakukan pencemaran lingkungan. Namun, menurut Jumain, ia telah menjelaskan secara detail cara perusahaan tersebut mengelola dan mengendalikan limbahnya, sekaligus sudah ia bantah isu pencemaran air sungai.

Bahkan, untuk membuktikan itu semua, kata Jumain, berapa waktu lalu telah diturunkan tim untuk melakukan survei terhadap air sungai yang dituding warga telah tercemar limbah sawit itu. “Saat dilakukan survei, kadar air sungai masih normal dan tidak ada pencemaran. Malah, ikan dan udang yang mereka laporkan mati di tambaknya, setelah dicek ke lapangan tak ada yang mati,” ungkap Jumain.(serambinews.com)
Read More...